
PSSLEMAN.ID, SLEMAN – Negara Kesatuan Republik Indonesia menginjak umur 77 tahun pada Rabu (17/08/2022). Seremonial pengibaran bendera pun tidak lupa dilakukan setiap tahunnya. Setiap daerah baik itu tingkat kabupaten, provinsi, bahkan nasional mengirimkan putra-putri terbaiknya untuk menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Proses pengibaran bendera inilah yang membuat kiper PSS, Dimas Fani bercita-cita menjadi Paskibraka. Pada tahun 2016, cita-cita pemain bernomor punggung satu di PSS itu terwujud.
“Ketika kecil saya mempunyai cita-cita menjadi paskibraka karena dulu sering menonton pengibaran bendera saat 17an di alun-alun kabupaten Pati. Menurut saya itu sangat keren dan ingin menjadi seperti itu,” ujar Fani, sapaan akrabnya di mess pemain, Sleman, Rabu (17/8/2022) siang.
“Singkat cerita, ketika SMA itu ada seleksi saat awal masuk SMA 2 Pati untuk menjadi petugas upacara pengibar bendera. Saya ikut seleksi dan masuk sehingga saya menjadi pengibar bendera di sekolah,” sambungnya.
Fani menambahkan, ia mendapatkan saran dari kakak kelasnya untuk masuk ke organisasi yang mewadahi pasukan baris-berbaris dan Tata Upacara Bendera (PBBTUB) yang bernama HIKAMADA (Himpunan Karana Muda Smandapa).
“Jadi petugas upacara di setiap hari senin di sekolah saya berasal dari organisasi itu. Setiap Minggu itu latihannya dua kali dan ada target untuk ikut lomba PBBTUB antar sekolah se-kabupaten Pati. Sekolahku ketika saya kelas sepuluh mendapat peringkat kedua,” urainya.
“Setelah satu tahun, ada seleksi untuk menjadi Paskibraka kabupaten Pati. Saya ingat sekali seleksi pada bulan Maret tahun 2016 dan ada seleksi fisik serta baris-berbaris. Seleksi fisiknya ada lari, push up, sit up. Kesehatannya ada tinggi dan berat badan,” jelasnya.
Setelah melalui tahap seleksi, pemain asal Pati ini akhirnya lolos dan menjadi Paskibraka kabupaten Pati. Ia menjalani latihan selama satu bulan penuh dari pagi hingga sore untuk mengibarkan bendera pada 17 Agustus tahun 2016 di Alun-alun kabupaten Pati.
“Alhamdulillah saya menjadi paskibraka kabupaten Pati dan tampil ketika pengibaran serta penurunan bendera pada 17 Agustus tahun 2016 itu. Alhamdulillah juga bisa membanggakan orang tua serta mereka bisa melihat secara langsung pengibaran dan penurunan bendera bersama orang-orang penting. Intinya senang karena cita-cita dari kecil tercapai dan menjadi kebanggaan tersendiri,” tuturnya.
Makna Kemerdekaan
Lebih lanjut, Fani memaknai kemerdekaan sebagai pemain sepak bola dengan menjadi simbol semangat juang dan pantang menyerah.
“Buat saya, hari kemerdekaan adalah hari yang sangat istimewa, hari yang sangat penting untuk seluruh masyarakat Indonesia. Makna kemerdekaan menurut saya sebagai pemain sepakbola adalah sebagai simbol semangat juang dan pantang menyerah seperti yang dilakukan pahlawan kita untuk memerdekakan bangsa ini,” ujarnya.
Pemain jebolan PSS Development Center ini menyebutkan dengan dirinya yang masih muda harus mempunyai semangat lebih untuk menjadi lebih baik.
“Saya sebagai pemain harus punya semangat juang 45 seperti para pahlawan. Apalagi saya masih muda, jadi harus mempunyai semangat yang lebih untuk menjadi lebih baik secara individu maupun secara tim,” urainya.
Lomba 17an
Fani bercerita ketika dulu kecil sering mengikuti lomba 17 Agustusan yang sering dilakukan di dekat rumahnya.
“Kalau di desa saya biasanya untuk meramaikan 17an ada sepakbola antar RW lalu tarik tambang, voli dan biasanya maraton tapi itu untuk umum. Kalau di dekat rumah itu ada lomba untuk anak-anak kecil seperti balap karung, masukin pensil ke dalam botol, cabut koin dari jeruk Bali yang sudah diberi oli, dan panjat pinang juga untuk meramaikan,” jelasnya.
“Kalau ikut lomba dulu waktu kecil ikut balap karung dulu pernah juara. Kalau lomba desa seringnya ikut lomba sepakbola antar RW dan dulu sering juara satu antar desa,” pungkasnya.
(pssleman.id)