
PSSLEMAN.ID, SLEMAN – Panitia Pelaksana (Panpel) PSS Sleman menyesalkan tindakan beberapa suporter Persib Bandung ketika melawat ke stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat (19/8/2022) malam. Penyalaan beberapa suar di tribun dinilai mencederai kesepakatan yang dibuat oleh pihak Kepolisian, Panpel, serta masing-masing suporter.
“Kami sangat sesalkan tindakan beberapa suporter tim tamu ketika akhir laga dengan menghidupkan belasan flare di tribun. Kami tahu dan mengerti bahwa untuk denda akan ditanggung oleh tim Persib sesuai dengan pasal 70 ayat 1, ayat 4, dan lampiran 1 nomor 5 Kode Disiplin PSSI tahu 2018. Namun, hal tersebut mencoreng kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya,” ujar ketua Panpel, Rangga Rudwino di stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat (19/8/2022) malam.
“Untuk penyitaan sendiri kami dari Panpel tentu sudah melakukan. Ada belasan flare yang juga berhasil kami sita. Namun, pada akhirnya kami tidak tahu bagaimana mereka bisa memasukkan flare tersebut ke dalam stadion,” sambungnya.
Edukasi mengenai “Stop Flare” juga sudah dilakukan oleh pihak Panpel melalui sosial media PSS Sleman juga poster yang sudah ditempel di stadion. Akan tetapi, Rangga, sapaan akrabnya merasa edukasi tersebut akan percuma jika tidak ada kesadaran dari individu masing-masing.
“Tidak hanya flare, kami juga menyayangkan tindakan suporter Persib yang tidak menghormati kuota tim tamu sebanyak lima persen dari kapasitas stadion. Beberapa suporter yang tidak memiliki tiket memilih datang ke stadion Maguwoharjo. Seharusnya, mereka bisa menonton melalui “Giant Screen” yang sudah kami sediakan di stadion Tridadi, Sleman sesuai dengan komunikasi yang sudah terjalin antara pihak Panpel dan Suporter,” tuturnya.
“Sangat disayangkan sekali himbauan tersebut tidak diperhatikan dan suporter tersebut tetap datang ke stadion Maguwoharjo dalam keadaan tidak memiliki tiket. Bahkan ada yang mencoba masuk dengan menggunakan tiket palsu serta berbagai cara lainnya,” tambahnya.
Rangga menambahkan bahwa semua orang bisa melihat keadaan stadion Maguwoharjo ketika pertandingan di mana banyak orang yang berada di dalam stadion namun tidak bisa masuk. Karena, scanning tiket tidak bisa dilakukan karena yang mereka bawa adalah tiket palsu maupun fotokopi bekas orang sebelumnya yang sudah masuk.
“Beberapa suporter tim tamu juga terlihat meloncati pagar tribun dan masuk ke lapangan. Mereka juga merangsek masuk ke tribun biru dari tribun Hijau dengan melompati barikade yang telah kami buat. Padahal, kami sudah memberikan kewenangan penuh kepada kooordinator lapangan suporter Persib untuk menjaga koleganya. Namun ketika itu terjadi, mereka terkesan membiarkan dan malah ikut masuk ke lapangan,” ujarnya.
Ada kalanya menjadi tuan rumah dan ada kalanya menjadi tamu. Rangga menyampaikan ketika bertamu sepatutnya segala himbauan, aturan, dan norma-norma yang berlaku dipatuhi. Ketika menjadi tuan rumah, pria berkacamata ini berujar jadilah tuan rumah yang baik.
“Kami juga menerima laporan bahwa ada pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum suporter tim tamu kepada suporter kami. Ini tentu akan kita usut bersama. Ada Sexual Harrasement juga yang dilakukan kepada tamu VIP kami. Tentu hal ini bukanlah contoh yang baik untuk diteruskan,” jelasnya.
“Terlepas dari itu semua, kami berterima kasih kepada suporter Persib Bandung yang telah hadir di Sleman setelah menempuh ratusan kilometer dari Bandung demi mendukung tim kebanggaannya berlaga. Terima kasih, karena telah memberikan pelajaran berharga untuk kami agar lebih baik ke depannya dalam menyelenggarakan pertandingan. Semoga persahabatan Sleman-Bandung ini tetap terjaga,” pungkasnya.
(pssleman.id)